Saturday, August 13, 2011

Menjaga Rumah dengan Adab-adab Islam





 Rumah bernuansa islami bukanlah rumah penuh dengan interior dan eksterior simbol-simbol Timur Tengah. Rumah bernuansa islami adalah rumah penuh nuansa religi dengan adab-adab Islam yang menjaganya, karena saat pintu rumah terbuka, maka seperti terbukalah aurat penghuni rumah di hadapan orang lain.
Bisa memakai ornamen atau aksesoris. Alhasil, kalau buka pintu bisa terhalang sesuatu. Hijab ini selalu kita anjurkan untuk diterapkan para penghuni.
-- Adrian Z Setiawan
Mendengar kata pengembang hunian berkonsep islami, pikiran awam pasti langsung tertuju pada bentuk-bentuk hunian dengan arsitektur Timur Tengah dengan bentuk-bentuk kubahnya. Nyatanya, hal itu sama sekali tidak akan ditemui di hunian yang dikembangkan oleh pengembang PT Bumi Darussalam.
Konsep hunian bernuansa islami yang dikembangkan Bumi Darussalam dibuat seperti hunian pada umumnya. Hanya, perbedaannya terletak pada penciptaan nuansa religi di dalam lingkungan tempat tinggal.
Pembangunan dimulai dengan membangun masjid di tengah-tengah komplek hunian sebagai tempat utama para penghuni menyatu dalam ibadah dan berinteraksi antara satu warga dengan warga penghuni lainnya. Tujuannya, dibangunnya masjid akan memudahkan penghuni melangkahkan kaki untuk menunaikan kewajibannya. Uniknya, masjid dibangun dekat dengan pusat-pusat kegiatan lainnya seperti taman bermain atau fasilitas olahraga.
"Seperti konsep masjid zaman dahulu kala, dibangun dekat alun-alun kota. Penghuni yang tengah asyik beraktifitas seakan-akan diingatkan untuk rehat sejenak, kembali kepada Allah Swt. Secara berjamaah penghuni akan senang ke situ, yang akhirnya tumbuh suasana religi," kata Mat Umar Sutoyo, Direktur Pemasaran PT Bumi Darussalam saat ditemui Kompas.com, awal Juli lalu.
Jarak rumah ke rumah di tiap klaster dengan masjid diukur sama. Umar mengatakan, hal itu dimaksudkan agar tidak membuat malas para penghuni untuk beribadah ke masjid. Bahkan, di dekat masjid yang merupakan tanah fasilitas umum (fasum), dibangun mess atau pondokan sebagai rumah ustadz yang ditunjuk pengembang menjadi pembimbing rohani.
"Kehadiran ustadz di sini agar bisa melayani para penghuni berkonsultasi dan mengajar tentang ajaran-ajaran Al Qur'an," kata Umar.
Tak cukup hanya masjid. Umar menambahkan, jika seluruh penghuni warga sudah berkumpul dan berkegiatan, maka pihaknya bersiap membangun Tempat Pendidikan Al Qur'an (TPA) bagi anak-anak sehingga tidak perlu keluar komplek perumahan untuk sekadar menuntut ilmu dasar-dasar Islam.
"Anak-anak tetap aman berada di dalam komplek. Mereka berkumpul dan belajar bersama-sama di sini," lanjut Umar.
Rumah dengan hijab
Mengenai konsep rumah, Adrian Zulfi Setiawan, Direktur Operasional dan Perencanaan PT Bumi Darussalam dalam kesempatan yang sama menambahkan, pihaknya membangun berdasarkan ajaran Al Qur'an. Menurutnya, ia tidak membuat konsep rumah Islami berdasarkan segi fisik bangunan, melainkan "ruh". 
Membangun rumah, lanjut Adrian, ada yang dinamakan dengan adab rumah secara Islam. Saat pintu rumah terbuka, maka seperti terbukalah aurat manusia di hadapan orang lain. Maka, agar tak terlihat auratnya ketika pintu rumah terbuka, dibuatlah pintu yang tidak langsung memperlihatkan ruang tamu.
"Saat pintu dibuka, ruangan berada di sebelahnya tidak terlihat terbuka dari luar atau dari jalan. Harusnya seperti itu," jelasnya.
Kemudian, penerapan adab rumah lainnya dengan memakai aturan hijab. Hijab atau dalam Islam berarti penghalang, diterapkan dengan meletakkan pembatas di depan rumah.
"Bisa memakai ornamen atau aksesoris. Alhasil, kalau buka pintu bisa terhalang sesuatu, misalnya teralis. Hijab ini selalu kita anjurkan untuk diterapkan para penghuni," kata Adrian.
Setiap unit rumah yang dibangun juga diatur sedemikian rupa agar kecil kemungkinan berlawanan dengan arah kiblat. Desain dibuat acak sebelum dibangun, agar saat posisi tidur dengan kaki atau kepala mengarah pada posisi tertentu tidak akan mengarah ke arah kiblat.
Adrian mengatakan, dalam konsep rumah yang dikembangkan oleh grup Bumi Darussalam, yang diutamakan memang bukan pada bentuk dan estetika semata, namun lebih pada penerapan ajaran-ajaran Islam sebagai "ruh" sebuah hunian.
"Kalau dicari model seperti apa sih rumah Nabi Muhammad SAW itu, memang tidak diceritakan dalam kitab. Namun Nabi mengatakan, 'rumahku adalah surgaku', itulah yang kita ambil sebagai intisari membangun hunian. Yang penting guyub, kekeluargaannya kuat, dan penghuninya mengerti serta menerapkan ajaran Islam. Inilah yang kami terapkan sebagai konsep rumah Islami, lebih tepat rumah bernuansa religi," katanya.

0 comments:

Post a Comment